Resensi Novel Memory of Glass
(sorry for bad quality)
Judul : Memory of Glass/ Garasu no Satsui
Tahun terbit : Cetakan Pertama : November 2019
Halaman : 360halaman
Harga : Rp.97.000,00
Blurb
Polisi bilang,
Aku melaporkan diriku sendiri.
Kata mereka, aku membunuh seorang pria.
Hanya saja... aku tidak ingat.
Aku tidak ingat pernah melapor,
Apalagi membunuh orang.
Sebenarnya, apa yang terjadi?
Cukup misterius bukan dari
blurb-nya saja? Bahkan saya juga berkata begitu. Apa maksudnya kata, “Kata
mereka...” bagaimana bisa dia tidak tahu? padahal dia yang melakukannya?
Novel ini akan mengupas blurb-nya
secara lengkap.
Ya.. ketika saya membeli ini, waktu
ada pameran buku di kota saya waktu itu harganya turun menjadi hanya
Rp.78.000,00 saja. Sebenernya waktu itu saya juga ingin membeli Silence karya
Akiyoshi Rikako dan I Saw the Same Dream Again karya Sumino Yoru, tapi saya
ingat uang yang saya bawa terbatas :’) maklum pelajar.
Sinopsis
Kashihara Mayuko,
orang yang diduga membunuh seorang pria bernama Gouda Mikinari. Menurut
kesaksian polisi, Mayuko melaporkan dirinya sendiri, tetapi setelah ditanyai
lagi, Mayuko tidak ingat apapun, bahkan ia tidak ingat ia sedang apa di kantor
polisi. Kejadian ini berkaitan dengan kecelakaan 20 tahun lalu yang dialami
Mayuko, hingga menyebabkan ia memiliki gangguan eksekutif pada otak sehingga
hal baru yang terjadi tidak bisa ia ingat. Ia hanya mengingat memori 20 tahun
lalu, tepatnya sebelum kejadian kecelakaan.
Detailnya,
kecelakaan itu adalah kasus pembunuhan massal yang dilakukan oleh Gouda
Mikinari dan membuat kedua orang tua Mayuko terbunuh. Mayuko kabur—melompat
dari bus dan ia tertabrak oleh mobil yang sedang melaju kencang. Pelaku yang
menabrak Mayuko itu adalah Kashihara Mitsuharu—suaminya. Mungkin karena mereasa
bertanggung jawab, Mitsuharu akhirnya menikahi Mayuko—walaupun Mayuko sering
lupa bahwa ia sudah menikah.
Saat melewati
beberapa penyelidikan, ia bertemu dengan detektif bernama Kiritani Yuka dan
Nomura Junji. Merekalah yang bertanggung jawab atas kasus Mayuko. Kiritani Yuka
merasa ada yang janggal dalam kasus ini, mendengar Mayuko yang memiliki
gangguan ingatan,tidak mungkin ia bisa ingat saat ia melapor. Bisa jadi ia
mereka-reka kejadian yang ada seperti menyusun cerita. Disaat ditengah-tengah
kasus itu, datanglah “orang ketiga” yang merupakan salah satu tersangka.
Selain kasus
Mayuko, novel ini juga menceritakan hubungan keluarga Kiritani Yuka, tentang
ibunya yang mengalami demensia dini. Ketika melihat sosok Mayuko, ia menjadi
teringat oleh ibunya. Novel ini juga menyajikan konflik keluarga yang dialami
Yuka ketika ia terpaksa memasukkan ibunya ke panti.
Bagi saya, novel
ini sangat luar biasa, bahkan saya seperti masuk tersedot dalam novel. Sudut pandang
yang diambil ada sudut pandang pertama yaitu dari Mayuko, dan sudut pandang
orang ketiga dari Yuka. Ketika sudut pandang yang diambil dari Mayuko, saya
merasa geregetan sendiri dengan sifat pelupanya yang bertahan hanya sebentar
(terlebih lagi di bagian terakhir). Kelebihan novel ini menurut saya BANYAK! Speechless
lah, menemani waktu social distancing saya ;) dan alurnya urut, seperti
biasanya novel ini banyak kejutan dan membuat saya su’udzan (buruk sangka)
terhadap salah satu tokohnya. Sedikit peringatan saja, novel ini sedikit
mengandung unsur bawang :’) disarankan tetap tegar ya!
Ah... jika bicara
soal kekurangan, saya rasa... sulit karena ini menurut saya masterpiece walau
rentang membaca saya agak lama setelah membeli (Sekitar 2 minggu).
Jika boleh
memberikan bintang atau rating, saya memberi 5/5.
Terima kasih sudah
membaca! Semoga bermanfaat! Jaa... mata ne, Minasan!